Aksi FRI-WP dan AMP Jogja


Senin, 20 maret 2017, Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) bersama Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) kembali turun kejalan mengadakan aksi TUTUP FREEPORT DAN BERIKAN HAK MENETUKAN ASIB SENDIRI BAGI BANGSA WEST PAPUA. Aksi ini merupakan aksi serentak nasional yang dilakukan dibeberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Palu, Tarakan, Sinjai, Makasar, Ternate, Tobelo juga di Papua sendiri.

Di Yogyakarta masa FRI-WP dan AMP melakukan aksi mimbar bebasa di bundaran Kampus UGM, masa aksi mulai datang di bundaran UGM sekitar pukul 08.30 wib, setelah sekitar kurang lebih 35 orang berkumpul, masa melakukan persiapan untuk aksi. Aksi dimulai pada pukul 09. 30 wib, selain itu juga sudah ada beberapa polisi non seragam dan 2 orang kelompok milisi sipil reaksioner yang datang. Pukul 09.50 wib masa memulai aksinya, dalam orasi politiknya Adli dari  PEMBEBASAN mengatakan bahwa proses terintegrasinya papua kedalam Indonesia merupakan hasil paksaan yang dilakukan oleh pememrintah Indonesia melalui perjanjian New York tanpa melibatkan perwakilan dari rakyat Papua sendiri, dan kehadiran Freeport ditanah papua merupakan malapetaka bagi bangsa dan rakyat papua karena ini merupakan awal dari penghisapan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa papua.

Disisi lain, 2 mobil patroli dan 2 mobil dalmas serta polisi bersergam sudah datang, juga jumlah milisi sipil reaksioner semakin bertambah sekitar 15 orang. Pukul 10.06 wib perwakilan masa aksi dipanggil untuk bernegosiasi dengan aparat kepolisian sementara masa aksi yang lain tetap melanjutkan orasi-orasi politik, perwakilan dari dari tiap-tiap organisasi yang tergabung dalam FRI-WP dan AMP bergantian melakukan orasi politik menyampaikan kepada masyarakat jogja  terkait permasalahan-permasalahan yang dialami oleh bangsa papua dan alasan mereka meminta hak untuk menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratik bagi bangsa West Papua.

Dalam negosiasi Gevan (kordum) mengatkan bahwa kita sekarang terus diintimidasi apabila pukul 11.00 wib aksi tidak selesai maka akan dibubarkan dan ditangkap paksa oleh polisi dan milisi sipil reaksioner yang jumlahnya terus bertambah juga dilengkapi dengan senjata (pentungan), polisi berdalih bahwa surat pemberitahuan aksi tidak sampai ke polda DIY dan juga pendamping hokum dari LBH belum datang diloksi aksi, tapi yang perlu dicatat adalah surat pemberitahuan sudah kita masukan sehari sebelumnya. Dan negosiasi yang dilakukan penuh dengan intimidasi dari pihak kepolisian dan milisi sipil reaksioner, sampai-sampai gelang yang dipake oleh kawan abi (AMP) dirampas oleh polisi hanya karena gelangnya berwarna bintang kejora. Kami ( Gevan, Govur, dan Abi) didorong paksa dengan dikatain anjing penghianatan atas NKRI harga mati.

 Pukul 10.19 WIB kelompok milisi sipil berdatangan ke lokasi aksi, ditengah-tengah masa yang sedang melanjutkan aksinya, kelompok milisi sipil reaksioner  melakukan provokasi  dengan memasang spanduk NKRI harga mati dan berdiri didekat barisan masa yang sedang melakukan aksi sambil membawa senjata (pentungan).

Disisi lain masa terus-menerus meneriakan yel-yel papua merdeka, juga diikuti dengan nyanyia papua bukan merah putih, sambil meneriakan yel-yel dan nyanyian juga diiringi oleh orasi politik kawan che gove dari PPR dan mengatakan hanya orang-orang yang tidak paham sejarahlah yang mendukung papua untuk tetap terlibat dalam NKRI, hanya orang-orang yang dipelihara, diongkos oleh negaralah yang selalu membungkam ketika kita atau kawan-kawan papua menyampaikan aspirasi politiknya seperti mereka-mereka yang memakai loreng didepan kita ini (kelompok milisi), yang perlu dacatat oleh kawan-kawan adalah, kita juga harus melihat mereka (milisi) sebagai musuh, karena pada dasarnya kehadiran mereka adalah untuk membungkam ruang-ruang demokrasi saat ini.

Dibawah guyuran hujan deras masa aksi terus melanjutkan aksi mimbar bebasnya, sampai pada pukul 10.50 wib dan diakhiri dengan pembacaan pernyataan sikap dan ditutup dengan yel-yel papua merdeka serta nyanyia papua bukan merah putih.

Adapun tuntutan dari masa aksi antara lain sebagai berikut:

1. Usir dan tutup Freeport
2. Audit kekayaan dan kembalikan Freeport serta berikan pesangon untuk buruh
3. Audit cadangan tambang dan kerusakan lingkungan
4. Tarik TNI/POLRI organik dan non organik dari tanah Papua
5. Berikan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratik bagi bangsa West Papua
6. Usut, tangkap, adili dan penjarakan pelanggar HAM selama keberadaan Freeport ditanah Papua
7. Biarkan rakyat dan Bangsa West Papua menentukan masa depan pertambangan Freeport ditanah West Papua
8. Freeport wajib merehabilitasi lingkungan akibat eksploitasi tambang
9. Cabut status tersangka kawan Obby Kogoya dan bebaskan dari kriminalisasi. 


foto aksi :










Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar