( Inilah yang dibutuhkan Rakyat saat ini )
Kaum muda tak bisa dipungkiri aktif dalam perubahan sosial yang terjadi di suatu wilayah, khususnya di Indonesia. Tercatat dalam sejarah setiap bangsa di muka bumi ini, membuktikan kaum muda punya konstribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia, tak terkecuali di Indonesia. Namun dalam perkembangan bumi manusia menuju kemerosotan yang begitu tajam, akibat sistem kapitalisme yang menindas, kaum muda mulai kehilangan taringnya sebagai pelopor perubahan. Dalam perlawanan menghancurkan sistem kapitalisme kaum muda masih sangat banyak mengaburkan tugas-tugasnya sebagai golongan masyarakat yang seharusnya bertanggung jawab terhadap perkembangan sosial di sekitarnya yang menindas.
Kaum muda tak bisa dipungkiri aktif dalam perubahan sosial yang terjadi di suatu wilayah, khususnya di Indonesia. Tercatat dalam sejarah setiap bangsa di muka bumi ini, membuktikan kaum muda punya konstribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia, tak terkecuali di Indonesia. Namun dalam perkembangan bumi manusia menuju kemerosotan yang begitu tajam, akibat sistem kapitalisme yang menindas, kaum muda mulai kehilangan taringnya sebagai pelopor perubahan. Dalam perlawanan menghancurkan sistem kapitalisme kaum muda masih sangat banyak mengaburkan tugas-tugasnya sebagai golongan masyarakat yang seharusnya bertanggung jawab terhadap perkembangan sosial di sekitarnya yang menindas.
Masih banyak dari kaum muda yang melupakan bahwa perjuangan menghancurkan
sistem kapitalisme harus menunaikan tugas yang tersistematis. Semisalnya tetap
aktif dalam mengagitasi massa dan juga wajib menyebarkan propaganda di basis
massa yang sedang melawan. Masih banyak terdapat kekeliruan yang ada di
kalangan kaum muda dalam memaknai agitasi dan propaganda, tak jarang kaum muda
berpikir agitasi dan peropaganda bukan dua bentuk yang berbeda. Berikut ini
penulis akan coba menjelaskan dua makna yang selama ini masih sangat abstrak di
kalangan kaum muda, selain menjelaskan arti dari agitasi dan perpoganda,
penulis juga memaparkan suatu tindakan yang harus
di lakukan kaum muda dalam tahapan menuju penghancuran kapitalisme, selamat
membaca dan selamat berjuang.
Seperti yang dilansir Oxford, “mengagitasi ialah
membangkitkan perhatian, atau mendorong massa untuk merespon peristiwa yang
terjadi di sekitarnya maupun yang ia rasakan. Sedangkan yang di maksud
propaganda ialah sebuah rencana sistematis atau gerakan yang serentak
menyebarluaskan sebuah keyakinan atau doktrin yang bermaksud agar massa
mengikutinya sampai pada tujuan akhir sebuah keyakinan tersebut.”
Dengan
sederhana Oxford menjelaskan makna dari “mengagitasi” ialah tindakan yang dijalankan
untuk mengajak massa merespon atau bertindak terhadap situasi yang terjadi di
sekitarnya, aktivitas agitasi ini banyak dilakukan oleh gerakan mahasiswa 98
yang berhasil membuat gerah massa atas kekuasaaan Soeharto, hingga akhirnya
massa secara sadar bangkit dengan satu slogan “Gulingkan Soeharto” turun ke
jalan, membantu gerakan mahasiswa menumbangkan kekuasaan tirani.
Namun
bila mengagitasi diciptakan sebagai metode bagi gerakan mahasiswa 98, akan
menjadi permasalahan besar yang tak mampu membuat perubahan sejati, sebab
sejatinya agitasi tak menjelaskan akar permasalahnya yang terjadi di Indonesia
pada saat itu, dia lebih bersifat mengilustrasikan situasi yang ada pada saat
itu, semisalnya ketika massa reformasi bergulir, isu yang paling sering
diangkat hanyalah kekejaman tentara yang bertindak semena-mena pada rakyat,
mulai dari pembunuhan aktivis, penculikan, penembakan misterius. Sangat jarang
selebaran yang beredar menjelaskan kenapa tentara bertindak seperti itu, kenapa
soeharto membunuh rakyat, kenapa? kenapa.? Pertanyaan ini yang tak di jawab di
dalam agitasi, yang sejatinya dia mampu memberi pemahaman pada rakyat, bahwa Soeharto
hanya kaki tangan kapitalis. Dan sejatinya kesejahteraan diraih dengan
Revolusi, sebab para setan melekat sampai ke dinding toilet gedung negara.
Sedangkan
propaganda yang di katakan oleh Oxford,sebuah aktifitas untuk mengajak massa
menjalankan aktivitas keyakinan tertentu sampai pada terwujudnya kekuasaan
ideologi atau keyakinan tersebut. Sehingga aktivitas propaganda ini banyak
melahirkan kader-kader yang memiliki loyalitas tanpa batas untuk diberikan
kepada sebuah bendera atau kebenaran yang mereka percayai, berbagai macam warna
keyakinan, Merah, Kuning, Hijau semua mempunyai metode propagandanya sendiri
untuk melahirkan kader yang memiliki loyalitas tanpa batas.
Lenin menjelaskan bahwa peropagandis harus
dapat menjelaskan kebutuhan untuk mentransformasi masyarakat ini menjadi sebuah
masyarakat sosialis, secara singkat dia mesti banyak menyajikan “banyak gagasan
betul-betul sangat banyak, sehingga gagasan itu akan di pahami sebagai sesuatu
keselurahan.” Sehingga seorang propagandis banyak kerja memakai bahasa cetak,
yang mampu banyak menyedot para pembacanya dan dapat di kaji secara ilmiah atas
kebenarannya.
Terlepas
kegagalan Reformasi yang dibangun di atas agitasi. Hingga akhirnya melahirkan raja-raja
baru yang menindas para rakyat, dan korupsi badut yang rapi dan bersih, sampai
para kucing berperut gendut yang isinya sogokan, di balik itu semua tak bisa
dipungkiri Reformasi menggulirkan pembukaan ruang kebebasan. Walaupun dalam
situasi tertentu timah panas mengambil kendali.
Sedangkan
mutakhirnya propaganda terjadi di Uni Soviet, yang berhasil membawa Lenin dan
Partainya berkuasa mendirikan negara yang adil dan sejahtera, hasil dari kerja
propaganda yang dipadukan dengan agitasi mampu memberi pengertian mendasar pada
massa rakyat di Uni Soviet untuk menentukan langkah, "Miskin atau
Revolusi", dengan tekun propaganda Lenin dan Partainya mampu menuntun
massa untuk sebuah Revolusi rakyat sejati.
Di Indonesia
awal pergerakan perlawanan tak melupakan betapa pentingnya Koran sebagai
media agitasi yang dipadukan dengan propaganda sebagai corong untuk menjelaskan
pada rakyat bahwa kebiadaban penjajahan harus dilawan. Sang Pemula begitu kata
Pram yang menggelarkan nama penghormatan pada sosok Priyayi yang progresif di
zaman Hindia Belanda. Seorang pemuda yang mempelopori kelahiran koran pertama
milik Pribumi. Pada saat memulai gerakan perlawanan skala nasional dengan
cita-cita kemerdekaan. Tirto Adhi Soerjo membuat media cetak sebagai salah satu
alat perjuangan, selain mendirikan media alternatif bagi pribumi, Sang Pemula
juga sebagai pelopor pendirian SDI (Serikat Dagang Islam) sebagai cikal bakal
perlawanan rakyat nusantara melawan penjajahan.
Medan Prijaji
media alternatif pertama yang didirikan Tirto Adhi Soerjo, memakai bahasa
melayu yang terbit di Bandung pada januari 1912, para pelopor perubahan saat
itu menggunakan Medan Prijaji sebagai media yang memberi pemahaman pada rakyat
cara melakukan perlawanan hukum di pengadilan yang diperkasai Belanda, selain
itu Medan Prijaji juga digunakan sebagai wadah yang konsisten menerbitkan
kritikan keras pada Belanda, hingga Belanda terusik sampai melakukan siasat
untuk menghancurkan Medan Prijaji dan para orang kritis di belakangnya. Sebab
Medan Prijaji sudah mempunyai banyak simpatisan yang setia menjadi pembaca
tetap Medan Prijaji. Media alternatif yang didirikan Tirto Adhi Soerjo banyak
menimbulkan perlawanan di masyarakat, mulai dari petani yang merontah melawan
perampasan tanah, sampai para pekerja Kereta Api yang mogok kerja menuntut
kelayakan hidup.
Tentu Belanda
akan panik bila seluruh rakyat Nusantara sadar akan ketertindasanya. Hancurnya
Medan Prijaji yang diperkasai Belanda, dengan memakai metode picik, membuang
Tirto Adhi Soerjo ke pengasingan, sampai pada memenjarakan para jurnalisnya,
seperti Marco yang di penjara sampai empat kali hanya gara-gara ekpresi
politiknya yang tertuang di Medan Prijaji. Dari sekian kekejaman yang mereka
hadapi, Sang Pemula dan pejuang Pembebasan Nasional lainnya, pada saat itu
sudah membuktikan bahwa agitasi dan propaganda dapat memancing reaksi massa
untuk merespon situasi yang terjadi di sekitarnya.
Seharusnya
sejarah dapat menjadi pelajaran bagi kita generasi muda, yang tak jarang
merindukan sebuah perubahan yang lebih baik dari massa sekarang, bila Sang
Pemula keluar dengan Medan Prijaji, mahasiswa 98 berekpresi dengan buletin yang
rutin di buat para Pers Kampus untuk menkritisi Soeharto seorang yang tak tau
malu mendirikan kekuasaannya di atas mayat jutaan orang. Saat ini, di era
kapitalisme yang semakin memperkuat akar penindasan di Nusantara, apa yang kita
lakukan sebagai generasi muda?
Selain
organisasi sebagai wadah perlawanan kita juga seharusnya membutuhkan organisasi
sentral atau media propaganda sebagai wadah penyaluran ide, agar dapat
mengantarkan massa rakyat untuk mengetahui bahwa kapitalisme tak bisa ditambal,
dia sudah biadap sejak kelahirannya, sehingga tindakan yang tepat untuknya
adalah penghancuran sampai akar-akarnya.
Terbukanya
keran kebebasan juga membawa nilai positif pada saat ini. Media-media
alternatif banyak bermunculan di internet, kiri mentok sampai kanan mentok
beredar ramai di internet, buku-buku juga banyak bertaburan di toko-toko atau
media on-line yang menjajalkan buku-buku kritis, namun semua itu juga kita bayar
dengan kebebasan kapitalisme yang menggusur tanah rakyat, menyedot hasil kerja
buruh, mengeruk Sumber Daya Alam yang sarat dengan perusakan hutan, hingga
sampai ingin memisahkan manusia dengan alam.
Media
alternatif yang ada di internet kurang efektif apabila kita ingin membangun
kesadaran di dalam massa rakyat, para petani dan kaum miskin kota dengan
keterbatasan mahalnya teknologi belum mampu untuk mengases media internet,
terus bagaimana mereka tau akan tertindasanya.? Kalau dari lahir sampai bangkotan
yang mereka baca media mainstream?, kebebasan yang ada di negeri ini juga
membuat media mainstream tak tau malu menjajalkan calon-calon penipu rakyat
yang akan berebut kekuasan di pentasnya tikus berdasi, layaknya anjing mengejar
tulang untuk diemut olehnya sendiri.
Ya memang media
mainstream yang ada di negeri ini sebagian besar dimiliki oleh mereka yang
selama ini sebagai agen dan penindas langsung rakyat. Berangkat dari tak adanya
media alternatif untuk rakyat atau pun mahasiswa, seharusnya mengajarkan kita
untuk merubah situasi dengan membangun media cetak tandingan sebagai langkah
melawan hegemoni borjuis di atas pikiran rakyat.
Bila
belum sanggup untuk berbuat seperti apa yang di lakukan Sang Pemula, sekecil
mungkin kita kaum muda harus berusaha, minimalnya ada buletin dari kaum muda
sebagai ekpresi politik yang harus di ketahui rayat, penyebarannya bisa di
kampung-kampung yang dulu di lakukan oleh kelompok kiri untuk menggulingkan
Soeharto, namun harus secara tersistematis agar dapat mengantarkan rakyat pada
kesadaran kelas yang berkontradiksi mutlak. Saat ini sangat jarang budaya
propaganda dan agitasi itu dilakukan di kalangan massa yang dapat menyajikan
kenyataan pada pandangan massa rakyat, bila tak dilakukan juga aktivitas
propaganda dan agitasi secara rutin, maka biadaplah orang-orang yang berkata
kaum muda saat ini apatis, dan rakyat tertipu elit politik.
Pena
: Ziwenk ( Kolektif Pembebasan Yogyakarta.)
Daftar
Referensi :
- Lenin .What do we mean by
...?
- Duncan Hallas 1984
Agitasi dan Propaganda.
- Pram Sang Pemula.
- http://www.marxists.org/indonesia/archive/hallas/agitasi.htm
- http://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1902/ApaYang/index.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar