Oleh: Che Gove.
Babak
Pertama Nietschze.
Arti
Kematian Tuhan.
Tuhan sudah mati, demikian ungkapan
Nietzsche yang terkenal. Dengan diberikannya konsep “mati” di dalam Tuhan. Tuhan
menjadi argumen yang dapat dipertanggung jawabkan hanya terkait dengan sejarah dan
manusia. Oleh sebab itulah, Nietzsche memberikan konsep kematian di dalam argumennya tentang
Tuhan.
Dengan
kematian Tuhan, Nietzsche kemudian mengajukan konsep kelahiran Tuhan baru. Jika
Tuhan mati, manusialah yang menjadi Tuhan. Yesus adalah kurban yang harus mati
di kayu salib. Kematian yang kemudian disamarkan menjadi sebuah kepercayaan
saleh akan cinta Tuhan. Tuhan mengorbankan Yesus demi terbebas dari diriNya
sendiri dan orang Yahudi. Tuhan perlu membunuh putraNya untuk terbebas dari
diriNya sendiri dan lahir kembali menjadi Tuhan baru yang universal.
Demikianlah arti kematian Tuhan yang pertama.
Yang
kedua, kesadaran Yahudi menginginkan Tuhan yang lebih universal. Dengan matinya
Tuhan di kayu salib, Tuhan tidak tampak lagi keyahudiannya. Yahudi lebih
memilih menciptakan Tuhan yang penuh kasih dan rela menderita karena kebencian.
Dengan nilai kasih yang lebih universal, Tuhan Yahudi telah menjadi Tuhan
universal. Tuhan yang lama mati dan Putera menciptakan Tuhan baru bagi kita
yang penuh kasih.
Arti
ketiga dari kematian Tuhan berkaitan dengan agama Kristiani. Nietzsche
mengartikan lain teologi St. Paulus. Teologi Paulus yang banyak dijadikan dasar
ajaran kristiani adalah pemalsuan besar-besaran. Dikatakan demikian karena
Kematian Putera adalah untuk membayar hutang Tuhan. Nietzsche melihat terlalu
besar hutangNya. Tetapi kemudian, Tuhan mengorbankan PuteraNya bukan lagi untuk
membebaskan diriNya melainkan demi manusia. Tuhan mengirimkan PuteraNya untuk
mati karena cinta, kita menanggapinya dengan perasaan bersalah, bersalah atas
kematian tersebut dan menebusnya dengan menyalahkan diri sendiri. Demikianlah
kemudian Nietzsche menyebut kita semua sebagai pembunuh Tuhan dengan semua
kedosaan kita. Inilah moralitas budak yang
dikritik Nietzsche. Budak bertindak bukan atas dasar dirinya sendiri melainkan
ketakutan akan tuannya. Tindakannya selalu didasarkan pada perintah tuannya.
Bertindak sendiri akan menyangkal kodratnya dan dianggap sebagai kesalahan.
Berbeda dengan moralitas budak, moralitas tuan merupakan sikap yang sebaliknya.
Moralitas tuan tidak mewujudkan apa yang seharusnya dilakukan tetapi apa yang senyatanya
dilakukan. Moralitas tuan menghargai dirinya sendiri. Mereka selalu yakin,
perbuatannya baik.
Sakit Jiwa Hilang Ingatan.
Akhir
hidup Nietzsche sangat tragis. Setelah mengundurkan diri sebagai profesor
(tahun 1879), ia memfokuskan diri menulis pemikiran filsafatnya. Hidupnya penuh
sakit. Ia tidak tahan dingin, sehingga selama musim dingin, ia mengungsi ke
Italia Utara yang lebih hangat udaranya. Pencernaannya begitu sensitif,
sehingga ia tidak bisa makan dan minum dengan leluasa. Pada tahun 1889, saat
melihat seorang kusir memukul kudanya, ia tersentak, mental-nya patah, dan ia
menjadi hilang ingatan. Selama 11 tahun sisa hidupnya, ia diasuh oleh mama dan
kakaknya. Ia mati pada tahun 1900.
Babak
Kedua Marx.
Agama
itu Candu.
Agama dalam sosiologi merupakan suatu kajian yang sangat penting,
bahkan para pendahulu sosiologi baik itu August Comte, Emile Durkheim, Max
Weber, selalu membahas agama dalam konsep sosiologinya. Disini akan dibahas
konsepsi agama menurut Marx. Marx adalah tokoh yang hidup dimasa 3 revolusi
sehingga Marx mengalami sendiri realitas masyarakat di era tersebut, sehingga
pembacaan terhadap agama pun secara konteks sangat dipengaruhi oleh
sosial kultural masyarakat eropa di abad pertengahan.
Marx
mengkonsepsikan kehidupan dalam suatu basis materialisme yang universal yang
menjadi penggerak sejarah, yaitu struktur basis yang merupakan penggerak utama
yang bersifat koresponden terhadap struktur supra. Struktur basis adalah
ekonomi yang mencangkup seluruh proses ekonomi baik produksi, konsumsi,
persaingan ekonomi, dan sebagainya. Sedangkan struktur supra terdiri dari
berbagai sektor misalnya politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya, struktur
supra ini merupakan representasi (gambaran) dari struktur basis.
Ekonomi
adalah pondasi dasar sejarah kehidupan manusia, karena ekonomi merupakan induk
dari segala sub struktur kehidupan yang melahirkan berbagai basis supra. Jika
kita menelaah dari perspektif Ibnu Khaldun dalam bukunya al-Muqaddimah maka
akan kita temukan alur pemikiran Ibnu Khaldun yang senada dengan Karl Marx,
walaupun secara esensinya personalisasinya berbeda. Ibnu Khaldun mengatakan
bahwa “Kodrat manusia tidak cukup hanya memperoleh makanan. Sekalipun makanan
itu ditekan sedikit-dikitnya sekedar cukup untuk makan sehari-hari saja,
misalnya sedikit gandum, namun diperlukan usaha yang banyak juga. Misalnya
menggiling, meramas, memasak. Masing-masing pekerjaan membutuhkan sejumlah
alat, dan hal inipun menuntut pekerjaan tangan yang lebih banyak lagi dari yang
telah disebutkan diatas." Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya
kecuali dengan bergotong royong dengan menggabungkan dengan beberapa ahli. Tanpa
proses produksi yang di tunjang dengan alat kerja yang baik maka manusia tidak
dapat melangsungkan kehidupannya.
Dari
pernyataan tadi dapat kita simpulkan bahwa penggerak sejarah manusia adalah produksi
material kebutuhan hidup kemudian dengan produksi tersebut melahirkan segala
bentuk sub struktur baik itu organisasi politik, produksi, sosial
kemasyarakatan dan sebagainya. Dengan konsumsi tadi manusia bekerja sesuai
dengan keahliannya dalam masyarakat dimana inilah yang membentuk spesifikasi
keahlian, dari produksi melahirkan barang kebutuhan hidup, pabrik, organisasi
politik, sosial, kebudayaan dan sebagainya. Yang membedakan pembacaan Ibnu
Khaldun dan Marx adalah wujud personalisasinya jika menurut Ibnu Khaldun
manusia memperoleh kodrat tersebut dari Tuhan maka Marx mengatakan bahwa hal
tersebut merupakan hakikat dari manusia itu sendiri.
Struktur
basis dalam konteks Marx adalah bangunan dasar atau pondasi pokok dalam sejarah
atau kehidupan manusia, dimana struktur basis ini adalah yang melahirkan
struktur supra. Agama, politik, budaya dan sebagainya dilahirkan dari ekonomi,
asumsi dasar Marx adalah ketika manusia menjauh dari Ekonomi atau untuk
memperkuat kelancaran ekonomi maka manusia akan berpaling atau membentuk
struktur lain yang mendukunggnya. Mengapa agama lahir dari ekonomi? Pertanyaan ini dapat dijawab menggunakan filsafat yang sederhana “pada manusia
primitif agama difungsikan untuk menggambarkan rasa syukur karena panen yang
melimpah atau sebagai ritual pengorbanan untuk mempersembahkan korban karena
gagal panen atau terserang wabah penyakit." Artinya dalam tesis filsafat tadi
agama hanya dijadikan alat sebagai pemenuhan hasrat ekonomi dan ketakutan
manusia.
Marx menafsirkan agama sebagai candu
bagi masyarakat “ Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan
ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan protes melawan kesukaran yang sebenarnya.
Agama adalah nafas lega makhluk tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati,
spirit kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat.” (Marx,
1843/1970)
Dalam hal
ini anda sebagai umat yang beragama tidak boleh menyalahkan Marx sepenuhnya,
karena asumsi dari Marx itu merupakan hasil dari pengamatan Marx di era
revolusi. Agama hanya dijadikan sebagai pelampiasan kegagalan manusia yang
kalah dalam pertarungan dunia, dan dalam kenyataannya agama hanya dijadikan
sebagai penenang diri terhadap kekalahan dari dunia. Agama membuat manusia
malas berkarya dan hanya menerima segala penderitaan dengan harapan surga. Bagi
Marx agama adalah hanya sekedar imajinasi dari ketidak berdayaan manusia
terhadap struktur basis, Marx mengkritisi filsafat Hegel yang mengatakan bahwa
Roh Absolut yang menggerakkan segala tindakan manusia dan alam semesta, kemudian
Marx membalikkannya, dengan mengatakan bahwa manusialah penggerak sejarah
sesungguhnya, Roh Absolut hanyalah hasil imajinasi dari ketidak berdayaan
manusia di dunia.
Agama
menurut Marx hanya dijadikan sebagai alat legitimasi penindasan, keotoriteran
penguasa dan menjadi alat sebagai pembodohan manusia. Jika dibenturkan
di situasi konteks Marx maka dapat kita baca dengan jelas bahwa kalangan gereja
di abad pertengahan kebawah dijadikan sebagai alat legitimasi penindasan oleh
para penguasa. Umat Kristen oleh gereja selalu didoktrin akan keindahan surga
jika menjalankan penderitaan tersebut dengan sukarela dan tidak melawan rezim
yang sedang memimpin. Para pemuka agama memanfaatkan kedudukan yang strategis
itu justru untuk melegalkan penindasan di masa itu. Salah satunya adalah
melarang kebebasan berpikir, jika kebebasan berfikir tersebut digunakan sebagai
alat untuk melawan penindasan pemerintah para agamawan demi
mempertahankan posisinya akan menuduh orang tersebut dengan pemberontak, kafir, atau bid'ah dan sebagainya.
Agama
sebagai salah satu sumber konflik, agama adalah salah satu hal yang menjadikan
alienasi dalam masyarakat. Perbedaan dalam agama justru menyekat-nyekat
kehidupan sosial dan sebagai penyebab konflik yang mengatas namakan agama.
Dalam sejarah Indonesia sendiri konflik antar umat beragama sering terjadi
misalnya saja kasus di Ambon, Poso, agama dijadikan alat untuk melegitimasi pembunuhan
padahal permasalahan pokok yang utama hanyalah dibidang ekonomi dan
politik, yang dalam konteks sekarang kita kenal sebagai sistem Kapitalisme.
Babak Pertarungan
Marx Versus Nietschze.
Apakah
betul yang dikatakan oleh Nietschze bahwa Tuhan telah mati dalam kepatuhan suci
manusia ataukah oleh Marx dalam alienasinya manusia justru mengeksiskan Tuhan?
Dalam konsepsi Tuhan telah mati oleh
Nietzsche terdapat problem yang masih mengemuka
ketika ditarik masuk kedalam perdebatan tentang konsepsi Alienasi Marx. Nietschtze
dalam konsepsinya tentang Tuhan telah mati menjelaskan bahwa matinya (alienasi)
Tuhan dari dunia realitas sebagai bentuk pertolongan terhadap umatnya untuk
menghapuskan segala dosa-dosa manusia meskipun dirinya harus rela mati di tiang
salib. Dengan demikian sebagai rasa terimakasih maka manusia harus tunduk di
bawah penderitaan dirinya juga di dunia, menanggung beban hidupnya juga di
dunia sebagaimana kematian Tuhan tersebut. Sederhananya Tuhan mati karena telah
menanggung dosa-dosa manusia artinya manusialah pelaku utama pembunuhan terhadap
Tuhan dan senjata paling mematikan manusia tersebut adalah dosa-dosa.
Konsepsi alienasi Marx sendiri
sangat bertentangan dengan konsepsi Tuhan telah mati (alienasi) Nietschze yang
menuduh pendosa-pendosa sebagai pelaku utama pembunuhan Tuhan. Berbeda dengan
Nietschze, Marx dalam menyusun konsepsi alienasi manusia melandaskan pada filsafat
Materialisme Dialektika yang mengacu pada realitas kehidupan masyarakat manusia
dan lingkungan hidup yang saling berkoresponden satu sama lain.
Konsepsi alienasi menurut Marx adalah manusia-manusia sebagai mahluk yang relatife bebas setelah berstatus sebagai pekerja dalam pabrik waktu hidupnya terhisap habis oleh si kapitalis. Dengan demikian si buruh teralienasi dari barang kebutuhan hidup yang di produksi oleh dirinya sendiri selama 384 menit yang dihisap oleh kapitalis. Selain itu penjelasan tentang alienasi manusia atas dirinya sendiri berlaku juga dalam praktek eksodus iman manusia kepada tuhan. Dimana manusia di dalam realitas hidupnya yang tereksploitasi terdoktrin dengan ayat-ayat suci yang dibawa oleh polisi-polisi (Ustadz) religius masjid atau pendeta-pendeta gereja yang berakibat pada menumpulkan kesadaran kritis rakyat.
Rakyat dengan kondisinya yang tereksploitasi terjebak dalam doktrin Idealisme vulgar agamawan. Sebagaimana Marx meyakini bahwa agama adalah opium bagi masyarakat, hal tersebut benar-benar terjadi dalam dunia realitas rakyat yang tereksploitasi. Agama sebagai opium menjanjikan kenikmatan di akhirat, menjamin suatu subtitusi kehidupan yang surgawi atas kehidupan yang penuh dengan penderitaan di dunia (sistem kapitalisme). Dengan demikian surga adalah jaminan bagi mereka yang melarikan diri kepada tuhan dan menjauhkan diri dari realitas sejati (antagonisme klas).
Konsepsi alienasi menurut Marx adalah manusia-manusia sebagai mahluk yang relatife bebas setelah berstatus sebagai pekerja dalam pabrik waktu hidupnya terhisap habis oleh si kapitalis. Dengan demikian si buruh teralienasi dari barang kebutuhan hidup yang di produksi oleh dirinya sendiri selama 384 menit yang dihisap oleh kapitalis. Selain itu penjelasan tentang alienasi manusia atas dirinya sendiri berlaku juga dalam praktek eksodus iman manusia kepada tuhan. Dimana manusia di dalam realitas hidupnya yang tereksploitasi terdoktrin dengan ayat-ayat suci yang dibawa oleh polisi-polisi (Ustadz) religius masjid atau pendeta-pendeta gereja yang berakibat pada menumpulkan kesadaran kritis rakyat.
Rakyat dengan kondisinya yang tereksploitasi terjebak dalam doktrin Idealisme vulgar agamawan. Sebagaimana Marx meyakini bahwa agama adalah opium bagi masyarakat, hal tersebut benar-benar terjadi dalam dunia realitas rakyat yang tereksploitasi. Agama sebagai opium menjanjikan kenikmatan di akhirat, menjamin suatu subtitusi kehidupan yang surgawi atas kehidupan yang penuh dengan penderitaan di dunia (sistem kapitalisme). Dengan demikian surga adalah jaminan bagi mereka yang melarikan diri kepada tuhan dan menjauhkan diri dari realitas sejati (antagonisme klas).
Apa yang menjadi pertentangan dalam
konsep alienasi Marx terhadap Nietschze adalah tentang eksodus manusia dari
realitas antagonisme kelas kepada Tuhan (alienasi manusia atas dirinya kepada
Tuhan) yang akan menentukan apakah Tuhan benar-benar mati dibunuh sebagaimana dalam
konsepsi yang disusun Nietschze atau justru semakin eksis dalam ide (kesadaran)
rakyat dalam konsepsi Alienasi menurut Marx. Sebagaimana yang diimani oleh
Nietschze bahwa Tuhan telah mati (teralienasi) sebab manusia telah melarikan diri
dalam bentuk ketundukan dan kepatuhan dengan
sambil menggandeng dan membawa dosa-dosa dunia kepada sang Tuhan. Namun menurut
pandangan Marxis bahwa justru sebaliknya manusia akan semakin mengeksiskan Tuhan dengan kesadaran opiumnya terhadap Tuhan.
Semakin manusia berkecanduan akan membuat keberadaan Tuhan semakin kuat eksis dalam ide-ide. Ide-ide dalam diri rakyat yang tertindas. Dengan demikian Tuhan vulgar yang hinggap dimana-mana dalam ide (kesadaran) rakyat semakin memiliki ruang eksisNya dalam ide (kesadaran) rakyat. Sehingga konsepsi Tuhan telah mati (teralienasi) merupakan suatu teori yang lemah yang dimiliki oleh Nietschze. Dosa-dosa dalam konsepsi Tuhan Telah Mati ala Nietschze pun sama sekali tidak melandaskan dirinya kedalam dunia realitas. Seperti memaksakan keyakinan kita bahwa adanya malaikat pencabut nyawa Tuhan yang bersembunyi dibalik dosa-dosa mematikan yang omong kosong.
Semakin manusia berkecanduan akan membuat keberadaan Tuhan semakin kuat eksis dalam ide-ide. Ide-ide dalam diri rakyat yang tertindas. Dengan demikian Tuhan vulgar yang hinggap dimana-mana dalam ide (kesadaran) rakyat semakin memiliki ruang eksisNya dalam ide (kesadaran) rakyat. Sehingga konsepsi Tuhan telah mati (teralienasi) merupakan suatu teori yang lemah yang dimiliki oleh Nietschze. Dosa-dosa dalam konsepsi Tuhan Telah Mati ala Nietschze pun sama sekali tidak melandaskan dirinya kedalam dunia realitas. Seperti memaksakan keyakinan kita bahwa adanya malaikat pencabut nyawa Tuhan yang bersembunyi dibalik dosa-dosa mematikan yang omong kosong.
Teori
Nietschze telah MATI !
*Penulis adalah kader PEMBEBASAN. Untuk piala dunia kali ini kawan penulis terpukul sedih, karena tim yang ia jagokan harus pulang terlebih dahulu sebelum piala dunia usai, para kawan-kawan penulis tak henti memberikan semangat dengan mengatakan, "masih ada piala dunia selanjutnya."
bagus
BalasHapus