Gerakan Mahasiswa ?




Gerakan mahasiswa dalam “Prakteknya,” bukanlah hal yang ahistoris. Gerakan ini telah melewati spektrum waktu yang lama dan cakupan geografis yang luas. Artinya, gerakan mahasiswa bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya dengan locus spesifik Indonesia. Justru, gerakan mahasiswa Indonesia merupakan bagian dari sejarah gerakan mahasiswa secara luas di dunia.



“Secara Umum,” gerakan mahasiswa Indonesia melegenda dalam masa-masa tertentu. Secara awam pun, mahasiswa dapat menyebutkan dengan hafal momentum itu. Peristiwa yang terjadi pada tahun, 1974 (Malari), 1978 (Peringatan 12 tahun Tritura), dan 1998 (Reformasi), diakui sebagai tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia.



Secara Tesis, bahwa gerakan mahasiswa bersifat historismaka belajar dari masa lalu adalah upaya mempelajari pola-pola gerakan tersebut secara kritis. Hal ini perlu dilakukan agar wawasan tentang gerakan mahasiswa tidak sempit. Oleh karena itu, kita perlu belajar dari fakta sejarah yang telah terukir di lintasan dunia dalam hal gerakan mahasiswa sebagai bahan analisa.



Melihat realitas sekarang ini, pergerakan mahasiswa sudah mulai mengalami stagnanisasi. Apakah mahasiswa sudah kehilangan identitas? Ataukah medan gerak mahasiswa telah terpenjara oleh sistem sehingga memunculkan pragmatisme dan apatisme di kalangan kaum intelektual sendiri.


Padahal Sang proklamator sebagai Pemimpin Besar Revolusi (Soekarno), telah mengamanatkan kepada mahasiswa dan pemuda-pemudi, dengan persatuan dan intelektual yang jujur harus mampu menjadi pelopor perlawanan rakyat.


Seperti yang kita lihat bahwa akhir-akhir ini gerakan mahasiswa telah terjebak dalam sistem yang ditetapkan oleh kampus, kenapa demikian? Karena mahasiswa saat ini telah merasa nyaman dengan suasana kampus, kamar kos, ataupun rumahnya. Hal seperti ini yang membuat menurunnya mahasiswa untuk mengikuti aksi turun ke jalan dan sedikitnya mahasiswa yang melakukan kajian-kajian dan diskusi tentang masalah bangsa dan rakyat. Justru yang ada sekarang ini banyak mahasiswa yang ragu bahkan ada yg berkata bahwa jika aksi itu tidak akan didengar, sudah mulai ketinggalan zaman dan aksi itu lebih banyak mudharatnya di sebabkan harus bolos kuliah dan malah berpanas-panasan di jalan, namun mahasiswa saat ini lupa pada sejarahnya, mereka lupa hancurnya rezim otoriter Soeharto yang melahirkan kebebasan bicara datang dari ribuan mahasiswa dan rakyat yang turun di jalan.


Kondisi ini yang sekarang harus mulai didobrak oleh kalangan pro demokrasi, dan ini telah dilakukan oleh sebagian besar kampus di Indonesia, namun semua ini barulah pada tahapan permukaan belum pada tataran yang lebih substansional.


Penyadaran tentang hak politik bagi mahasiswa dan pemahaman tentang penindasan negara melalui sistem pendidikan harus mulai diinjeksikan kepada kalangan grass root mahasiswa sebagai upaya membangun kekuatan dan konsolidasi menghadapi manuver kaum borjuasi nasional. Sehingga dalam kurun beberapa waktu kedepan bukan sekadar segelintir aktivis mahasiswa tetapi akan tumbuh ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang siap untuk revolusi.


Dua hal ini sekiranya yang harus dilakukan oleh gerakan mahasiswa di tengah permainan elit politik sekarang ini. Dengan mempertimbangkan situasi nasional dan psikologis rakyat yang sudah mulai jenuh dengan perjalanan reformasi total yang belum tuntas, sudah seharusnya gerakan mahasiswa mengubah pola gerak yang ada, namun tetap harus disesuaikan dengan kondisi tiap daerah tertentu.


Namun begitu disadari bahwa kondisi geografis Indonesia yang sebagian besar dibatasi oleh lautan, tidak memungkinkan melakukan gerakan seperti mahasiswa di belahan Amerika Latin dan Eropa dengan pola bola saljunya. Tetapi terbangunnya musuh bersama (common enemy) di kalangan gerakan mahasiswa yang radikal sudah semestinya dilakukan untuk sebuah gerakan yang masif.


Dengan melakukan penyadaran di kedua sektor ini maka suatu saat dalam sebuah momentum politik yang tepat, maka diyakini akan timbul sebuah perlawanan dari rakyat yang sadar. Dan pola ini bukan berarti meninggalkan tuntutan reformasi tetapi justru menjadi entry point yang sangat kuat untuk melangkah kepada tuntutan itu dengan meminimalisir ketakutan rakyat akibat kesadaran politik yang semu dari negara.


Membangun kekuatan di mana rakyat melakukan perlawanan bukan atas dasar ajakan tetapi lebih karena sadar akan adanya ketertindasan. Educacao como practica da liberdade (Paulo Freire), pendidikan adalah sebagai praktik pembebasan keyakinan akan massa yang sadar dan keyakinan akan sebuah pendidikan pembebasan, maka sudah seharusnya gerakan mahasiswa tidak ragu-ragu lagi dengan gerakan penyadaran dan pengorganisiran massa.





Penulis: Mas krib panggilan dari temannya. Selain aktif sebagai mahasiswa yang kritis di kampusnya, ia juga menjadi salah satu Kader Pembebasan Kolektif Utara (Sleman)

Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar