PENA





oleh: Ferdi Rudolf Pangkey*


melodi rindu di keheningan malam
dengan manja, sang angin menembus kulit
awan gelap menutupi cahaya bulan
ku terpaku bisu di kolong cakrawala
suasana redup mewarnai malam-ku

gelisah hati mencabik-cabik jiwa tanpa pamrih
aku semakin tersiksa dengan bayang-bayang yang menyelimuti
tak ada siapa-siapa, tak ada satu-pun yang bisa menemaniku mewadahi curahanku
angin yang semakin kencang berhembus, mendatangkan selembar kertas kepadaku
terlintas dikepala sosok yang terlupakan kala itu

PENA, ya, itu namanya yang dikenal
pena adalah sosok sederhana yang mampu menyatukan aku dan jiwa

aku menjangkaunya,
sungguh ku yakin nyaman terselip diantara jemari
ku mulai menceritakan kegelisahanku
satu persatu kata mulai tersusun rapi di atas selembar kertas putih
pena begitu bahagia menuntunku
menari di atas lembar kertas, mewujudkan keakraban denganku

aku mulai menyukainya
beberapa saat berdialog denganya, kini aku dan dia berhasil melukis ceritku di atas kertas putih
sesaat setelah semuanya berlalu,
suasana hening mulai melangkahkan kaki dari hadapanku
terdengar suara kecil meliku-liku diantara kata-kata.

oh, ternyata aku menyadari aku dan jiwa-ku berdialog diatas kertas yang terukir tulisan oleh pena

aku tak sendiri lagi
kapan-pun, dimana pun, dan dalam situasi bagaimana pun
aku tak akan kesepian lagi
pena sahabatku, akan menjadi teman sepiku
PENA.

Yogyakarta, 8 – Desember – 2014
 

 *Anggota Pembebasan Kolektif Sleman (Komisariat APMD)

Referensi gambar: http://peka.umk.ac.id/2012/03/logo-peka.html

Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar