PENDIDIK ALTERNATIF ITU BERNAMA ATN


Oleh: Ismantoro Dwi Yuwono*
 
Logo ATN Jogja

Lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia hari ini tidak lebih hanya sebagai alat produksi dari kelas kapitalis untuk memproduksi dan mereproduksi kesadaran yang membudak pada kepentingan kelas kapitalis. Meminjam istilah yang digunakan oleh Paulo Freire, peserta didik “isi otak”-nya hanya di pantek pada kesadaran magis dan naif. Ketika ada permasalahan yang menghadang tepat di depan hidungnya, peserta didik menyerahkan solusinya terhadap nasib. Misalnya, “ah.. sudah nasib, biarlah aku terima derita ini sampai aku mampus.” Atau ketika ada penindas yang mengeksploitasi dirinya, yang disalahkan bukan penindasnya, justru yang disalahkan dirinya sendiri atau lingkungan sekitar (agresi horizontal), dan anehnya orang yang bersangkutan berkeingingan untuk menjadi seperti pihak yang menindas dirinya.

Aneh tapi nyata. Lihat saja, para motivator-motivator borjuis yang sering tampil di televisi itu, atau para guru/dosen yang membadut di depan kelas, yang selalu memotivasi audiennya untuk menyalahkan diri sendiri bukan sistem. Misalnya, “kita harus mulai dari diri kita sendiri, jangan menyalahkan pihak lain, koreksi dirilah, bercerminlah atau apa yang bisa kita berikan kepada negara, bukan mempertanyakan apa yang telah diberikan negara kepada kita, dan lain sebagainya.”

Selain itu cara berpikir dan berpakaian peserta didik pun diseragamkan. Jika guru/dosen mengatakan bahwa sistem perekonomian kapitalis itu baik, peserta didiknya juga harus mengamini guru/dosennya itu. Kalau peserta didik berani kurang ajar pada guru/dosennya dengan menolak bahwa sistem itu adalah sistem yang menindas, tidak kaget apabila peserta didik kemudian menjadi bulan-bulannya dari guru/dosennya. Peserta didik akan dipersona nongratakan baik secara langsung maupun secara terselubung. Jadi tidak ada tradisi dialektis dalam membangun kesadaran di lembaga pendidikan ala borjuistik ini. Sekolah, sekali lagi meminjam istilah dari Paulo Freire, hanya bermodel Bank, hanya tempat untuk menjejali para peserta didik dengan kesadaran palsu (false consciousness).


Selain cara berpikir, cara berpakaian peserta didik pun diseragamkan dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi, dari anak-anak sampai orang sudah tua-bangkotan. Kalau di tingkat SD sampai SMA penyeragaman itu sangat kentara sekali dapat dilihat dari pakaian mereka, seragam putih-merah, putih-biru, dan putih-abu-abu. Sedangkan penyeragaman di tingkatan perguruan tinggi dilakukan secara terselubung. Misalnya dengan cara mewajibkan Mahasiswa/Mahasiswi untuk berpakaian kemeja tidak boleh pakai kaos, tidak boleh pakai sandal japit, harus pakai sepatu. “Lho.. sekolahan itu peranannya hanya ngurusin kesadaran peserta didik, bukan untuk ngurusin alas kaki orang atau cara berpakaian orang, emangnya yang mau sekolah itu alas kaki kamu dan pakaian kamu..?!.”

Pemaksaan penseragaman itu jelas digunakan untuk melatih peserta didik untuk tunduk-patuh kepada pihak otoritas, seperti halnya buruh harus patuh pada majikannya, agar ketika dia sudah lulus dari lembaga pendidikan dan diperbudak oleh kelas kapitalis akan memudahkan kapitalis mendisiplinkan buruh-buruh yang dipekerjakannya.” Yah. Peserta didik dalam hal ini dipaksa untuk menekuk lututnya dihadapan sang penindas.”

Dari apa yang sudah aku sampaikan di muka, aku hanya ingin menunjukkan, bahwa lembaga pendidikan formal dalam aktivitasnya alih-alih mengembangkan dan membangun kesadaran kritis peserta didiknya, justru membekukan kesadaran kritis peserta didiknya. Itu artinya, untuk memiliki, membentuk, dan membangun kesadaran kritis harus ada pendidikan alternatif yang mempeloporinya.  Kepeloporan ini dimainkan oleh ATN (Angkring Tongkrong Nusantara) Jogjakarta Berhati Nyam-nyam.

ATN Jogja adalah sebuah kafe yang dikelola oleh kawan-kawan pergerakan kiri yang berkonsep tempat nongkrongnya anak muda [dan para orang tua progresif-kritis]. Dalam aktivitasnya kawan-kawan dari ATN ini tidak hanya mencari laba (profit) untuk “menafkahi” organisasi pergerakannya, tetapi yang lebih penting lagi berupaya menciptakan lembaga pendidikan alternatif untuk membangun kesadaran kritis bersama. Justru pendidikan alternatif yang dibangun oleh kawan-kawan adalah salah satu program kawan-kawan gerakan kiri itu sendiri, yang tergabung di dalam kafe yang bernama ATN ini. Sambil menyelam buang air, eh, salah, maksudnya sambil menyelam minum air *he..he..he..*

Melalui lembaga pendidikan alternatif yang digarap oleh kawan-kawan ATN, seperti diskusi rutin, talk show, dan pentas seni kiri, ATN berupaya untuk mendobrak hegemoni kelas yang dominan, yakni kelas kapitalis. Bertolak belakang dengan gaya pendidikan Bank dari lembaga pendidikan formal, ATN mendorong kawan-kawan yang terlibat dalam pendidikan alternatif ini untuk membangun kesadaran kritis bersama, anti terhadap pembangunan kesadaran magis dan naif.

Datang ke ATN tidak perlu memakai kemeja, rambut disisir klimis, baju dimasukan ke dalam celana sampai nyempil di dalam sempak, baju rapi dan tampak bersih, dan tidak perlu harus pakai celana panjang dan bersepatu. Datang ke ATN cukup berbekal satu hal, yakni: niat untuk membangun kesadaran kritis bersama.


Tata Ruang Angkring Tongkrong Nusantara
ATN menempati sebuah bangunan 3 lantai. Lantai pertama tempat dimana kawan-kawan bisa memesan berbagai sajian minuman dan masakan Nusantara—dari Sabang sampai Merauke. Lantai ke dua bisa digunakan oleh kawan-kawan untuk menikmati hidangan sambil berdiskusi, dan begitu juga di lantai ke-3. Di lantai ke-3 ini kawan-kawan bisa melihat terdapat alat-alat musik yang siap dimainkan. Gunanya sebagai ajang unjuk musik kiri dan kesenian kiri. Mau coba drum? Silahkan. Mau coba gitar listrik? Silahkan. Mau coba genjreng-genjreng gitar atau akustikan? Silahkan. Atau mau baca puisi besutan dari kawan-kawan sendiri? Akan disambut dengan antusias oleh kawan-kawan ATN.

Di ATN kawan-kawan juga bisa meminjam buku-buku kritis yang disediakan oleh ATN. Jika kawan-kawan juga ingin membeli buku-buku kritis-Marxis di ATN juga menyediakan.

*Penulis

*Untuk reservasi tempat
Alamat: Jl. Selokan Mataram No. 427, Prayan wetan RT 06 RW 35 Kaliwaru, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283
CP: 082277512966


Koleksi foto-foto ATN Jogja
 Koleksi buku ATN Jogja

Lantai 1 saat ada diskusi kawan-kawan Halmahera Utara

Lantai 2 ATN Jogja

Lantai 3 "buka bersama kawan-kawan MAHARBUSA"


Lantai 2 saat pameran Galeri Seni SEBUMI



Lantai 3 "Talkshow kaum muda: seikat kuning membangun partai, apa tanggapan kaum muda?"



 Lantai 3 "live musik"
 


Tampak depan ATN Jogja


Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar