Mahasiswa Yogyakarta, Menggelar Aksi Melawan Militerisme!





Senin, 7 juli 2014. Tepat 2 hari menjelang pilpres, PEMBEBASAN atau Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional kota Yogyakarta kembali turun ke jalan mengadakan aksi. Aksi ini merupakan aksi serentak nasional seluruh PEMBEBASAN di berbagai kota. Untuk wilayah Yogyakarta, mereka aksi dengan menggunakan pakaian hitam dan masker. Aksi berlangsung damai dari Terminal Abu Bakar Ali sampai ke titik nol Malioboro dengan tema “Lawan Militerisme, Tolak Pemilu Borjuasi 2014, Bangun Partai Alternatif (partai rakyat) serta Tangkap dan Adili Penjahat HAM.

Gevan selaku korlap aksi mengatakan bahwa, “Yang paling berbahaya dari hasil pemilu 2014 adalah munculnya figur Calon Presiden dari mantan militer yang memiliki jejak rekam pelanggaran HAM berat, yang menjadi salah satu aktor utama dari rezim Orde Baru dalam memberangus gerakan perlawanan rakyat, yang bertanggung jawab langsung atas penculikan dan penghilangan beberapa orang aktivis pada tahun 1998.” 

Selain itu dalam orasinya, Ghovur selaku Sekjen PEMBEBASAN mengatakan bahwa jawaban sederhana mengapa kita harus menolak militerisme adalah karena peserta pilpresnya merupakan pelanggar HAM dan yang membiarkan pelanggar HAM. Dan militerisme juga tumbuh subur di belakang Jokowi. Tentu kita tidak ingin lagi dipimpin oleh presiden yang berwatak militeris yang memiliki potensi besar menggerakkan kekuatan militer untuk kekuasaannnya, sehingga membuat kran-kran demokrasi ditutup. Jalan keluarnya adalah bangun partai alternatif karena partai-partai yang ada selama ini adalah partai yang pro terhadap kapitalis dan tak memiliki gagasan kemandirian politik.” 


Ia juga menyinggung kasus rakyat Rembang dan Karawang yang berjumlah kurang lebih 1.200 petani miskin direpresif 7.000 aparat dari Brimob Polda Jabar demi mempertahankan 350 hektar tanah mereka yang dirampas oleh PT. Sumber Air Mas Pratama milik PT. Agung Podomoro Group. Banyak petani terluka dan tertembak. Dan di Rembang Jawa Tengah para petani di desa Tegaldowo menolak penambangan karst dan pembangunan pabrik semen PT. Semen Indonesia karena aktivitas tersebut bisa merusak ratusan mata air, gua, dan sungai bawah tanah yang dijadikan sumber utama perhidupan pertanian juga direpresif oleh TNI. Dan dari sekian banyak tindakan kekerasan kepada rakyat, apakah Presiden dan Partai Politik membela rakyat? Tidak pernah. 

Peserta aksi juga membawa foto-foto korban keganasan militerisme seperti Widji Thukul, Marsinah, Munir, wartawan Udin, dan tak lupa membooming 2000 selebaran disepanjang jalan Malioboro.

Aksi diakhiri dengan pembacaan sikap Pembebasan: 
1. Lawan militerisme 
2. Tanpa aturan demokrasi, kemiskinan akan meningkat 
3. Selamatkan demokrasi, tolak capres militer 
4. Lawan Pemilu borjuasi 2014 
5. Bangun partai alternatif







Pena : Kaira (Aktif di PEMBEBASAN Kolektif Utara "Sleman")



Foto aksi:



















Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar