Mahasiswa Dari Berbagai Kampus Di Yogyakarta, Menggelar Aksi, Memperingati Kejatuhan Soeharto Dengan Membawa Replika Keranda Mayat, Yang Menempel Wajah Korban Kebiadapan ORBA, (Marsinah, Wiji thukul, Wartawan Udin) .





Rabu, 21 Mei 2014  PEMBEBASAN Yogyakarta  kembali menggelar aksi turun ke jalan dengan seragam serba merah, yel-yel perlawanan terus diteriakkan oleh massa aksi, (Revolusi, Revolusi, Revolusi sampai menang) sekaligus mengenang kekuatan massa yang berhasil menggulingkan rezim diktator Soeharto dari pangku kekuasaannya. Aksi dimulai dari Terminal Abu Bakar Ali sampai ke titik nol Malioboro dengan tema. “Tangkap dan Adili Penjahat HAM, Lawan Kebangkitan Militerisme Serta Sisa-Sisa Orde Baru.” Korlap aksi, Novet mengatakan bahwa, “Soeharto rezim berlumur darah, membunuh, menculik, bahkan lebih dari satu juta rakyat Indonesia dibunuh, demi kepentingannya untuk berkuasa dan juga Prabowo si penjahat HAM, penculik aktivis 98 dengan tidak tahu malunya malah mencalonkan diri menjadi presiden di pemilu 2014.” Selain itu juga ada orasi politik dari kawan-kawan massa aksi, Randi selaku Ketua PEMBEBASAN Kabupaten Sleman, yang dalam orasi politiknya menyinggung bahwa para kontestan pemilu borjuis 2014 juga adalah sisa-sisa rezim Orde Baru, penjahat HAM, kental dengan watak militerismenya, penculik aktivis pro demokrasi, penjual aset negara, pro kapitalis, boneka kapitalis, pro upah murah dll, yang jika berkuasa maka jelas akan sangat membahayakan seluruh rakyat Indonesia dan sudah pasti tertutupnya ruang demokrasi  seperti pasca peristiwa berdarah di tahun 1965, awal kekuasaan Soeharto.

Lalu disusul oleh orasi politik kawan Ziwenk yang mengatakan bahwa, “Soeharto adalah pembunuh, penculik, jagal, yang menghabisi lebih satu juta rakyat Indonesia, yang merupakan kejahatan terbesar no 2 di dunia setelah fasis Hitler. Soeharto juga adalah orang yang mengundang investor internasional masuk ke Indonesia, ia menggadang-gadangkan kebebasan menanam modal kepada konglomerat dunia, menjual seluruh sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, dia juga dalang dibalik peristiwa berdarah di Kedung Ombo, Operasi Seroja, Malari, Tragedi Trisakti." Dalam orasinya, ia juga menyampaikan bahwa selain melawan militerisme, ia juga menyerukan melawan pemilu borjuis 2014.

Selain itu juga ada  aksi teatrikal berupa membawa keranda mayat dengan bertuliskan, "kembalikan kawan kami, tangkap dan adili penjahat HAM,” disertai dengan foto Marsinah seorang buruh yang mati karena memperjuangkan kenaikan upah, Wiji Thukul seniman sekaligus aktivis pejuang demokrasi yang menjadi korban penculikan militer, sampai saat ini tidak ketahui dimana jasadnya Wiji Thukul berada. Wartawan Udin yang dibunuh karena berita, dan sederet nama  pejuang demokrasi yang merupakan korban kejahatan rezim Soeharto yang sampai saat ini kasusnya belum juga diselesaikan oleh pemerintah, bahkan sengaja ditutup-tutupi untuk melindungi pihak-pihak elit pemerintah yang berkuasa.  



Menjelang penutupan aksi juga ada pembacaan puisi oleh kawan Marta selaku kodinator Kompartemen Perempuan PEMBEBASAN (KPP) Wilayah Yogyakarta berjudul “Api itu Tak Akan Mati,” karya kawan Ziwenk.

Dan pada puncak aksi  pernyataan sikap politik PEMBEBASAN dibacakan oleh Aldi sebagai Sekretaris PEMBEBASAN Wilayah Yogyakarta :
  1. Tangkap dan adili Prabowo beserta Jenderal-Jenderal penjahat HAM lainnya. Selesaikan kasus-kasus pelanggar HAM, Peristiwa 1965, Marsinah, Wiji Thukul, Kedung Ombo, Tragedi Trisakti, Malari, Penculikan aktivis, Kerusuhan Mei, dan berbagai kasus kejahatan HAM lainnya.
  2. Kembalikan TNI ke barak.
  3. Ambil ahli bisnis Militer ke tangan Negara di bawah kontrol rakyat. 
  4. Bubarkan komando teritorial. 
  5. Cabut UU, Tap MPRS dan RUU yang anti demokrasi: UU Ormas, UU PKS, UU Intelejen, Tap MPRS NOMOR XXV tahun 1966, RUU Kamnas.  
  6. Perubahan UU Partai dan Pemilu, tak boleh lagi ada penjahat HAM yang membangun partai dan mencalonkan diri menjadi pemimpin tanpa proses pengadilan.


Aksi diakhiri dengan menyanyikan lagu internasionale sebagai lagu persatuan rakyat di dunia.


Pena: Kaira, perempuan tangguh ini, aktif dalam perjuangan menuntaskan revolusi demokratik, saat ini dia aktif sebagai kader PEMBEBASAN Kolektif Sleman, mendapat kepercayaan menjadi Sekretaris PEMBEBASAN Kolektif Sleman, salah satu hobinya makan bakso, dengan kuah yang pedas. 


 Berikut lampiran foto aksi PEMBEBASAN Kolektif Wilayah Yogyakarta-Jateng: 



 






Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar