Mahasiswa Yogyakarta Menggelar Aksi Lilin, Solidaritas Untuk Buruh Sari Roti.




“Boikot, boikot, boikot, boikot Sari Roti sekarang juga

Sabtu malam  (19/4) di kawasan titik 0 km Yogyakarta terlihat lalu lalang ramai masyarakat yang menikmati indahnya sabtu malam Yogyakarta. Pemandangan segerombolan pemuda, sepasang pemuda, orang tua, anak-anak, dan lainnya sudah menjadi pandangan yang biasa di sabtu malam. Tapi akan berbeda ketika memandang lingkaran lilin yang dikelilingi oleh puluhan orang mahasiswa, dan terdapat dua bendera merah dengan bintang berkibar, serta spanduk bertuliskan “Ayoo Rakyat dan Mahasiswa Boikot Sari Roti.” Ya, malam itu PEMBEBASAN (Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional wilayah Yogyakarta) mengadakan aksi lilin di depan gedung Istana Keraton Yogyakarta.

Aksi lilin yang dimulai sekitar pukul 20.00 WIB diramaikan dengan orasi-orasi politik yang disampaikan oleh beberapa kawan, juga yel-yel ajakan pemboikotan Sari Roti, serta tak ketinggalan lagu-lagu perjuangan yang menjadi lagu wajib saat aksi. Kordum pada aksi ini adalah Kordinator kompartemen perempuan PEMBEBASAN Yogyakarta sekaligus pimpinan basis utara, yakni kawan Marta. Kawan marta mengungkapkan bahwa aksi ini adalah bentuk solidaritas mahasiswa terhadap buruh, dan juga karena membutuhkan masa banyak untuk ikut bersolidaritas. “Kita bersolidaritas, butuh masa banyak dan disini kita menyebarkan kepada masa luas.”

Tempat yang ramai dikunjungi masyarakat, titik nol memang menjadi tempat strategis untuk berkampanye, apalagi berkampanye penolakan terhadap penindasan para penguasa modal atau kapitalis. Menjadi sangat penting gerakan mahasiswa untuk terus mengkampanyekan kepada masa luas, bahwasannya penindasan-penindasan terhadap masyarakat harus segera diakhiri. Yang memberi PHK 633 buruh Sari Roti adalah kapitalis yang terbungkus dengan kain bernama PT NIC tbk, yang menghianati rakyat dan Negara juga kapitalis. Dan masih banyak bentuk-bentuk penindasan kapitalis kepada bumi manusia ini. Benar-benar tidak bisa dipungkiri adanya gerakan mahasiswa harus tetap bergandengan dengan buruh melawan segala bentuk penindasan.

Apabila di kepala masih tidak yakin akan kewajiban mahasiswa bersolidaritas terhadap buruh, bisa mencoba memblejeti produk-produk yang dimanfaatkan oleh mahasiswa semuanya adalah hasil  kerja keras buruh. Seperti yang disampaikan kawan Che Gove selaku staff Nasional kolektif PEMBEBASAN dan juga pimpinan basis tengah PEMBEBASAN Yogyakarta, dalam orasi politiknya dia menyampaikan bahwa adanya kertas, lilin, pena, baju yang dipakai masyarakat dan mahasiswa kuhsusnya, dan produk-produk industri lainnya, semuanya adalah hasil dari keringat buruh. Sehingga, sudah menjadi keharusan berterima kasih kepada buruh. “dan kita harus berterima kasih kepada buruh.”

Buruh Sari Roti, begitu besar jasa mereka menghidupkan jutaan rakyat dengan roti. Namun hanya karena hendak berserikat, mereka direpresif oleh penguasa dan harus kehilangan sumber penghidupannya. Tujuan dari buruh berserikat adalah untuk mencerdaskan buruh sendiri, mengingat adanya diskriminasi pendidikan di negara ini. Dengan upah yang hanya 2 juta dan tidak ada jaminan pendidikan untuk buruh dan keluarganya, mereka tidak dapat merasakan pendidikan layak di Negara ini. Dan pada ahirnya akan terus terjadi estafet peburuhan, inilah yang menjadi ladang besar kapitalis mengeruk kekayaan dengan melanggengkan proses kemiskinan.

Penguasa modal yang menyampuli dirinya dengan PT NIC tbk, masihkah bisa dikatakan manusia? Memecat buruh secara sepihak, tidak diberikan upah yang sudah menjadi hak buruh, tidak memberikan THR selama tujuh bulan, dan masih menggugat buruh untuk membayar ganti rugi secara tunai sebesar Rp. 36.590.764.173 (tiga puluh enam miliar lima ratus sembilan puluh juta tujuh ratus enam puluh empat ribu seratus tujuh puluh tiga rupiah). Ini tidak sesuai dengan Undang-undang ketenagakerjaan, dalam pasal 55 ayat (3) UU Nomor 13 Tahun 2003, seharusnya pengusaha membayarkan upah selama proses perselisihan berlangsung.

PEMBEBASAN di malam itu ada, untuk menyuarakan kepada masyarakat agar memboikot produk Sari Roti. Menyimak orasi dari kawan Ziwenk, “Karena membeli produk Sari Roti sama halnya dengan membiarkan buruh tidak dibayar dan melarang demokrasi di Indonesia untuk berdiri.” Selain kepentingan berkampanye untuk solidaritas buruh Sari Roti, malam itu juga sekaligus adanya momen terdekat terkait Hari kartini, hari Bumi, May Day, dan pesta pengusa modal serta militerisme yakni pemilu 9 juli mendatang.

Bagaimana peringatan hari kartini saat ini dijadikan ajang konstruk sosial terhadap perempuan. Dengan lomba bersolek bagi para perempuan, modeling, dan penjualan aksesoris kehidupan lainnya. Yang semestinya hari kartini adalah hari untuk memperingati pejuang revolusioner kaum perempuan seperti Cut Nyak Dien yang turun di medan perang untuk kemerdekaan. Ada Marsinah, seorang buruh perempuan yang rela mati dalam perjuangannya menuntut kenaikan upah dan kesejahteraan buruh. Karena perempuan saat ini sudah harus dibebaskan dari belenggu kapitalisme, dan dipundak perempuan juga terletak kewajiban untuk ikut dalam perjuangan kemerdekaan dan pembebasan Nasional.

Setelah hari kartini ada hari bumi, ini mengingatkan bagaimana kapitalis merusak lingkungan. Penggusuran tanah dimana-mana, pembakaran dan penggundulan hutan, alam diberangus habis oleh penguasa untuk membesarkan perutnya sendiri. Lanjut ada May Day (1 Mei) atau hari buruh, bagaimana perjuangan buruh membangun serikat untuk kesejahteraan bersama, bagaimana buruh mendapatkan upah yang layak dan tidak ada diskriminasi, baik diskriminasi upah dan pendidikan. Dan buruh Sari Roti adalah satu dari sekian banyak korban keserakahan penguasa modal.

Dan pemilu borjuis 2014 masih belum selesai, masih ada 9 juli dimana kontes para kapitalis, yang menganut militerisme akan bertarung di medan perangnya. Dimana salah satu diantara mereka adalah penguasa modal yang juga mempunyai catatan memecat buruh, dan juga kasus-kasus sejarah yang tidak bisa dilupakan. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilakukannya dengan menghilangkan 13 mahasiswa pada 98, dan banyak kasus HAM lainnya.

Lantas, dengan situasi seperti ini, dimana rakyat semakin banyak yang mati karena tertindas. Dan bukan saatnya mahasiswa duduk berleha-leha menyaksikan penindasan yang ada didepan mata, bahkan yang juga dialami oleh diri mahasiswa sendiri. Maka, PEMBEBASAN kolektif Wilayah Yogyakarta di malam itu masih tetap Menolak Pemilu Borjuis 2014, lawan Militerisme dan Bangun Partai Alternatif. Dan puncak aksi, kordum aksi membacakan tuntutannya meliputi:


  1. Kenaikan Upah 50 %.
  2. Penghapusan sistem kerja kontrak.
  3. Kebebasan berserikat. 
  4. Pendidikan gratis bervisi kerakyatan. 
  5. Hak cuti hamil dan haid. 
  6. Bangun industri nasional dibawah kontrol rakyat. 
  7. Usut tuntas kasus pelanggaran HAM

Begitu semangatnya masa aksi di sabtu malam, lingkaran lilin yang mulai redup tidak meredupkan semangat juang kawan-kawan PEMBEBASAN. Dengan pembacaan puisi dari kawan Adli selaku petugas politik PEMBEBASAN Yogyakarta, sebagai penutup aksi lilin solidaritas terhadap buruh Sari Roti.


Penulis: Fullah Jumaynah (Perempuan baik ini selain aktif membuat berbagai macem artikel, dia juga terlibat dalam perjuangan pembebasan perempuan, dan menjadi Kader PEMBEBASAN Kolektif Utara Sleman )



Berikut beberapa foto aksi tadi malam:








Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar