SEBAB REVOLUSI LETAK DI BUMI, BURUH DAN TANI LAWANLAH!




Kekuatan gerakan massa untuk menahan serangan dari kapitalisme terus menerus dilakukan oleh kaum buruh dan tani di berbagai daerah yang sampai hari ini tetap mempertahankan hak hidup mereka di kawasan-kawasan pabrik maupun di lahan pedesaannya yang sudah terlanjur dieksploitasi, maupun berpotensi dieksploitasi oleh Negara di bawah pengaruh kuat intervensi kapitalisme. Melalui legitimasi UU Tenaga Kerja dan UU Agraria yang diproduksi oleh Negara maka para kapitalis pabrik dan kapitalis agraria dapat melakukan apapun untuk memperlancar tujuan ekspansinya (perluasan modal) yang sudah tentu akan menghancurkan sumber penghidupan rakyat khususnya buruh dan tani.



Dalam situasi ekonomi yang dicengkeram oleh modal besar sudah barang tentu akan berdampak negatif pada aspek ekonomi kehidupan rakyat, misalnya di sektor buruh dan tani, buruh dibebankan dengan biaya upah yang rendah, ancaman PHK begitu juga petani di teror lahannya di bawah proyek perampasan lahan oleh kapitalis agraria. Dalam masalah upah rendah buruh dan perampasan lahan petani sama sekali bertentangan dengan tanggung jawab negara yang tertulis di dalam Pasal 33 konstitusi Negara kita. Substansi dari Pasal 33 tersebut adalah segala bumi dan kekayaan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat, namun dalam kenyataannya Negara lari dari tanggung jawabnya dalam mengelola dan menguasai sumber daya alam untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Hal ini membuktikan bahwa negara sampai hari ini sangat tidak berpihak pada persoalan rakyat, buruh diupah rendah, tanah petani dirampas, kekayaan alam dieksploitasi, rakyat tidak diperhatikan jaminan kesehatanya, serta hak untuk mendapatkan pendidikan secara baik, yang seharunya menjadi tanggung  jawab negara tetapi sama sekali tidak diperhatiakan malah justru negara menjadikan semua sektor itu adalah ruang dan ladang bisnisnya yang dijual kepada para kapitalis.



Begitu banyak tumpukan dosa-dosa sejarah yang dilakukan oleh Negara, semisal kasus perampasan lahan yang kerap kali terjadi di pedesaan yang memiliki potensi alam (misal: di kabupaten Sinjai, Bontokatute dan teror preman terhadap gerakan buruh di Jakarta dan Bekasi) harus segera dilawan oleh gerakan Buruh dan Petani. Dengan dipersenjatai oleh alat modal yang lengkap untuk merampas tanah rakyat maka tidak akan mungkin petani melawan dan menang dengan alat paculnya. Rumus besi perampasan lahan oleh Negara di bawah pengaruh modal besar ini biasanya dalam bentuk pembangunan infrastruktur pariwisata maupun pendirian perusahaan tambang.



Realitas kasus sengketa tanah antara kolaborasi negara-pengusaha-tentara versus rakyat banyak terjadi. Rakyat miskinlah yang pasti akan menjadi korban. Semuanya ini menunjukkan bahwa pola-pola militeristiklah yang digunakan untuk meloloskan kepentingan modal yang paling berhasil selain melalui jalur sogokan. Tendensi kepemilikan lahan yang luas dibawah kontrol modal besar untuk kepentingan proyek industri perkebunan (missal industri kelapa sawit) hal ini akan memperparah produktivitas lahan dan suplay pangan di masa yang akan datang, akan berimplikasi buruk terhadap kedaulatan lahan dan pangan bagi masa depan kehidupan rakyat. Buruh dan tani semakin teralienasi (tersingkirkan) dalam kehidupan nyata. Belum lagi ketika dihadapkan dengan dampak krisis pasar global. Utang palsu luar negeri yang seharusnya tidak ditanggung oleh Negara menjadi beban ekonomi rakyat.



Persoalan-persoalan di atas memang tidak akan bisa dimenangkan rakyat tanpa adanya gagasan persatuan perlawanan dari seluruh unsur rakyat untuk menjatuhkan pemerintahan agen imperialisme SBY-Boediono, beserta tentara-tentara penjaga modalnya (kekuatan militer). Gerakan lingkungan juga harus memberikan dukungan penuh terhadap aktifitas perlawanan kaum buruh dan tani, karena kerusakan lingkungan merupakan ulah para kapitalis besar. Dari situasi di atas, kami dari Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN). Mendukung gerakan buruh untuk kesejahteraan ekonominya, kesehatannya, dan pendidikannya, dan menolak penuh atas perampasan tanah rakyat di desa-desa maupun di perkotaan. Kami juga menuntut berikan hak sepenuhnya kepada rakyat untuk mengolah tanahnya sendiri demi kemandirianya dan kesejahteraanya.






Penulis:  Erwin nama sapaannya, penulis sehari-hari sangat giat beraktivitas di dunia maya, sebagai media penyebaran idenya, selain aktif sebagai penikmat media sosial, erwin juga menjadi salah satu anggota PEMBEBASAN, menjadi Pimpinan di kolektif PEMBEBASAN Kota Tengah (Jogja), Yogyakarta.

Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar