Angkatan 66 Dalam Pelukkan Militer






Bukan bermaksud membuka luka lama yang tidak tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia, tentang sekelompok mahasiswa yang menceburkan tangan dan matanya dalam peristiwa berdarah, meninggalkan penderitaan panjang bagi para korban pembantaian malapetaka September 1965-1966. Generasi muda saat ini perlu mengetahui pendahulunya pernah terjerumus ke dalam skenario kapitalisme asing yang berniat menghancurkan pemerintahan rakyat di bawah kepemimpinan Soekarno. Angkatan 66 sebutan manja dari militer untuk sekelompok mahasiswa yang teledor menggunakan akal pikirannya. Artikel ini tidak bermaksud membuat  kelompok tertentu gerah, sebab artikel ini hanya ingin membagun semangat membaca sejarah dengan jujur dan berani.


Pasca Pemilu 1955 di saat PKI berhasil menjadi salah satu partai kuat di dalam pemilu demokratis, memberi semangat tambahan bagi organisasi mahasiswa di bawah nauangan PKICGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia), untuk terus menyebarkan ide Marxis di kalangan mahasiswa dengan konsisten menentang segala bentuk intervensi kapitalisme di Indonesia. Situasi ini menciptakan kontradiksi sengit antara CGMI dengan HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia, yang berafiliasi dengan Masyumi), yang tidak sepakat terhadap ide CGMI. Dukungan dari mahasiswa banyak mengalir ke CGMI dan GMNI untuk menduduki jabatan kepengurusan di dalam PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia, yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa pertama di Malang tahun 1947), setelah Konggres V tahun 1961, yang semakin menambah amarah HMI.



Kekalahan pertarungan intelektual salah satu penyebab kelompok-kelompok mahasiswa yang tidak pro Soekarno mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb (Militer). PMKRI, HMI,PMII, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuannya untuk menciptakan alat yang kokoh dalam cita-citanya menggulingkan pemerintahan Soekarno. Kelompok inilah yang dikenal sebagai angkatan 66.



Perang dingin yang terjadi di dunia internasional juga tak luput mempengaruhi malapetaka 1965, betul bahwa Indonesia tidak memilih salah satu kubu yang terlibat di dalam perang dingin tersebut, namun selain membangun persatuaan (Asia-Afrika) di antara negara bekas jajahan Indonesia juga merumuskan sebuah cita-cita untuk bumi dan kehidupan manusia, tanpa ada penindasan manusia yang biasa terjadi di dalam sistem kapitalisme, di saat buruh selalu menjadi budak modern, terus dikeruk tenaga dan pikirannya. Cita-cita Soekarno yang luhur membuat dunia barat gerah, Seokarno juga membatasi ruang gerak Amerika di Indonesia, dengan adanya tindakan nasionalisasi yang dilakukan Indonesia terhadap perusahaan minyak Amerika. Aktivitas anti penjajahan modal yang diperlihatkan Soekarno juga membuat Indonesia lebih banyak menjalin kerja sama dengan blok timur, Uni Soviet, RRC. Kedekatan Indonesia dengan blok Timur membuat Amerika menyatakan perang terhadap Presiden Soekarno dan memulai gerakan bawah tanah untuk menggerogoti pemerintahan Soekarno.



Kemarahan Amerika terhadap pemerintahan Soekarno terlihat dengan tindakannya yang tak sungkan-sungkan menggelontorkan dana untuk aktivitas kelompok anti Soekarno. Selain keterlibatan eksponen anti Soekarno, yang lebih ‘spektakuler’ lagi adalah temuan Peter Dale Scott, peneliti asal Amerika Serikat (AS), yang mengemukakan adanya ‘tangan-tangan’ AS dalam huru-hara 10 Mei 1963. Dalam karyanya, Konspirasi Soeharto –CIA: Penggulingan Soekarno 1965-1967  (1998), Peter mengungkapkan adanya skenario AS dalam melancarkan aksi-aksi de-stabilisasi di Indonesia melalui serangkaian bantuan bagi pihak militer angkatan darat (AD) atau Seskoad (Sekolah Staf Komando Angkatan  Darat) dalam program  MILTAC (Military Training Advisory Group) sejak tahun 1962. Melalui program ini para perwira AD di Seskoad dilatih untuk menyusup ke berbagai sektor seperti pemerintahan dan sosial kemasyarakatan (Rakyat dan Mahasiswa) melalui program Civic Mission Seskoad guna mencapai target-target politik yang diinginkan AS. Salah satu ‘karya’ Civic Mission tersebut adalah huru-hara Bandung 10 Mei 1966.



Dana segar yang digelontorkan Amerika untuk tentara, terutama Soeharto, membantu tentara dalam mendanai aksi-aksi politik mahasiswa yang berhasil ditunggangi Soeharto sebagai benteng pertama menggulingkan Soekarno. Mahasiswa angkatan 66 pada saat itu lebih banyak mengangkat isu fasis yang anti terhadap ideologi Komunis. Namun mereka lupa sejarah bangsanya juga melibatkan komunis untuk mengusir para penjajah.



Pembubaran Komunis sebuah konsep yang mereka rumuskan bersama tentara. Berikut tuntutan angkatan 66, (Tritura) isinya: menuntut pembubaran PKI, Retool kabinet Dwikora, dan turunkan harga barang. Dideklarasikan pada 10 Juni 1966. Bisa dilihat bukan,? kepentingan gerakan mahasiswa angkatan 66 kental dengan cita-cita militer yang ingin menghancurkan pemerintahan rakyat, lalu merebutnya  dengan menumpas jutaan rakyat.



Setelah terjadi peristiwa pembunuhan tujuh Jenderal, militer dan mahasiswa menyebarkan isu bahwa PKI yang melakukan pembunuhan tujuh jenderal dan PKI anti islam, mampu memprovokasi rakyat untuk ikut terlibat membantai lansung dan menonton penyiksaan manusia terhadap sesamanya, sampai rakyat tak menghiraukan pidato Soekarno yang bermaksud menjaga keutuhan Nasional, “Mari kita mengingat perlawanan PKI pada 1926 melawan pemerintahan kolonial; saya dapat membangun monumen di Boven-Digul untuk menghormati kaum komunis!." kutipan pidato Soekarno.



Pembersihan PKI dan para simpatisannya di Bumi Indonesia yang dilakukan militer, mendapatkan dukungan mahasiswa angkatan 66. Mahasiswa juga mendukung Militer atau Soeharto menggulingkan Soekarno yang dituduh tak mampu menjaga ekonomi nasional dan terlibat terhadap pembunuhan tujuh jenderal. Tuduhan yang dikatakan Soeharto dan militer sama sekali tidak benar, kemerosotan ekonomi nasional itu akibat ulah para anti Soekarno yang mengganggu berjalannya aktivitas ekonomi nasional, di saat membuat perusakan-perusakan di kota-kota dan pembunuhan terhadap anggota PKI yang menghambat berjalannya ekonomi nasional. Tuduhan kelompok anti Soekarno yang mengatakan keterlibatan Soekarno pada peristiwa pembunuhan tujuh jenderal sampai saat ini tak dapat dibuktikan, sehingga dalih penggulingan Soekarno bisa dikatakan rekayasa militer dan Amerika. Selesainya malam-malam berdarah dan keberhasilan Soeharto menggulingkan Soekarno membuka peluang Soeharto mendirikan kerajaannya di Bumi Nusantara dalam sistem Orde Baru.



Pertanyaannya, Kemana Mahasiswa Angkatan 66 Itu?


Kemenangan Amerika dan militer, memberi keuntungan bagi mereka yang terlibat pembantaian PKI dan para simpatisannya, tak terkecuali para mahasiswa pengecut itu yang mendapat banyak kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabinet pemerintahan Orde Baru. Salah satunya Akbar Tanjung berasal dari HMI masuk ke Golkar dan menduduki jabatan di pemerintahan Orde Baru, selanjutnya diikuti oleh mahasiswa lainnya yang terlibat meruntuhkan kekuasaan rakyat.



Kemesraan antara mahasiswa dan tentara tak begitu lama berjalan baik, dengan munculnya kembali gerakan mahasiswa menentang kebijakan Soeharto di tahun 70-an menjadi titik sejarah baru yang lahir dari kebusukan pemerintahan Orde Baru, perlawanan mahasiswa yang luhur tidak cacat seperti pendahulunya telah lahir kembali bersama kekejaman Orde Baru membungkam demokrasi.





Pena: Ziwenk (Petani kebun bunga dan juga kader Pembebasan Kolektif DIY).


Rujukan:
  • Sejarah alternatif Indonesia (Malcolm Caldwel dan Ernest Utrecht)
  • Malapetaka Indonesia (Max Lane).
  • Revolusi Belum Selesai (Kumpulan Pidato Soekarno 30 September 1965)https://www.facebook.com/pages/Pustaka-Revolusi/547364242006026?fref=ts:
  • http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20120813/peristiwa-rasialis-10-mei-1963-dan-proyek-imperialis.html#ixzz2uuJLLPsc
  • http://koranpembebasan.wordpress.com/2012/10/02/mengusut-tuntas-kejahatan-1965-dengan-melawan-sisa-orde-baru-dan-tentara/
  • http://koranpembebasan.wordpress.com/2011/12/04/sejarah-orde-baru-dan-indonesia/

Unknown

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar