Oleh : Che_Gove (Pembebasan yogyakarta).
(Tulisan kawan BWD)
Apa yang paling mengemuka dari agenda-agenda perubahan
yang diusung oleh caleg-caleg aktivis? Baik yang terpampang di spanduk, poster,
kartu nama, baliho, maupun pertemuan-pertemuan dengan konstituen?
Kurasa belum satu agenda perubahan, bahkan masih
banyak caleg-caleg aktivis yang mengunakan cara-cara kampanye yang sama dengan
caleg-caleg busuk; sekedar "mohon doa restu dan dukungan" atau
sekedar memasang jargon seperti "peduli dan berani" atau "buruh
pilih buruh, petani pilih petani, perempuan pilih perempuan" dan hal-hal
lainnya yang tak menawarkan (sebagai pegangan uji komitmen) program-program
perubahan yang hendak diperjuangan.
Padahal seharusnya,
caleg-caleg aktivis ini bisa (dan berani) mengusung program-program perubahan :
- Dalam aspek Demokrasi;
Misalnya pengadilan terhadap pelanggar HAM; baik masa lalu, maupun masa
kini. Pencabutan semua UU yang menghambat kebebasan rakyat untuk
berserikat dan berekspresi; Cabut UU Ormas, UU PKS, menolak RUU Kamnas,
Protap POLRI yang membatasi unjuk rasa hanya sampe jam 6 sore dan lain
sebagainya. Jika lebih berani lagi hingga pembubaran Komando Teritorial
TNI (TNI harus difungsikan hanya untuk menjaga keamanan dari kemungkinan
serangan dari luar serta untuk bencana alam, bukan untuk mengawasi rakyat
apalagi meresprsif rakyat).
- Dalam aspek
kemandirian ekonomi; Misalnya semua Sumber Daya Alam (Minyak, Gas, Emas,
Tembaga, Timah, Besi, Bauksit, dll) harus dikontrol oleh negara dan
digunakan untuk: subsidi pendidikan agar gratis dari TK sampai
Universitas, kesehatan gratis untuk semua jenis penyakit dan untuk semua
orang, serta subsidi perumahan agar terjangkau oleh rakyat yang belum
punya tempat tinggal.
- Juga harusnya berani mengusung penghapusan
hutang Luar Negeri (yang bukan saja membebani anggaran negara), namun juga
menjadi pintu masuk untuk negara lain mendikte kepentingannya di
Indonesia.
- Disamping itu,
perdangangan "bebas" yang mengacu pada WTO (dan sejenisnya; AFTA
dll) harusnya juga ditolak karena tidak membawa manfaat untuk mayoritas
rakyat.
- Dalam aspek
kesejahteran: misalnya ada program kenaikan upah bagi pekerja secara
signifikan, juga pembukan lapangan pekerjaan yang bermartabat dengan
pembangunan Industri nasional yang dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan
rakyat Indonesia.
- Dan program-program
lainnya; Lingkungan, kesetaraan, kebebasan beribadah/berkeyakinan, papua
(ini masalah khusus), dan seterusnya.
(Jawaban atas Tulisan Kawan BWD)
Aku percaya pada tesis ini, bahwa "Meninggalkan
Pemilu Tanpa Meninggalkan Massa Golput," ini adalah tugas
tambahan kita di tengah perjalan perjuangan untuk menuju pembebasan
nasional.
Aktivis yang gagal dalam Pemilu/Kada, poster, dan
isian programnya hanya akan menjadi pajangan trotoar, dinding rumah, dan hiasan di punggung mobil
yang ujung-ujungnya hanya akan menurunkan kadar program tersebut menjadi suatu
program reaksionis. Program yang maju sekalipun kalau tidak memiliki landasan
massanya yang kuat (ideologi dan politik) yang dengan sabar dibangun oleh
unsur-unsur maju (pelopor) maka akan menjadi tidak berguna dan justru akan
melemahkan seorang aktivis, sekalipun dia adalah aktivis kelas santan kelapa
(tua dan berpengalaman) yang masuk bertarung dalam ring pemilu/kada borjuis.
Unsur maju tidak boleh reaksioner sehingga tidak akan membuahkan hasil yang
reaksionis di dalam perjuangan pembebasan nasional (misal perjuangan dalam
empat aspek di atas).
Agar massa dan program berjalan sesuai dengan kehendak revolusiner paling tinggi maka massa (dalam kontrol unsur-unsur maju) dan program tidak boleh kita letakkan di atas pundak elit partai dan partai elit borjuis (anti buruh dan petani miskin) dan militer yang kuat sekalipun. Rakyatlah yang sadar dan berkebutuhan untuk membangun alatnya sendiri yaitu berupa "Partai Rakyat." Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut maka harus diangkat program tersebut ke dalam organisasi menjadikan agenda program penting organisasi kita, memperjuangkannya dengan sabar dan bersemangat tinggi untuk dapat mencapai keyakinan dan kesetiaan rakyat sehingga organisasi mampu meletakkan kebutuhan ke dalam program dan partai rakyat tersebut, dengan begitu alat (partai) dan program benar-benar murni jauh dari godaan borjuis.
Alat (partai) dan program betul-betul memiliki fondasi massa yang kuat. Jikalau ada suatu partai rakyat yang berkompromis dengan partai borjuis dalam level program, sehingga akan meniadakan unsur-unsur maju dalam program tersebut maka sama halnya organisasi kita telah menghianati seluruh usaha-usaha pembangunan program dan partai selama ini di dalam massa. Oleh karenanya tidak ada solusi lagi selain bangun partai rakyat yang mandiri di atas inisiatif dari rakyat itu sendiri.
Apa yang harus kita lakukan dalam merespon agenda
pemilu borjuis yang hanya tertinggal 47 hari ini,? jawabannya sederhana saja.
Karena pemilu April adalah pemilunya partai borjuis dan elit militer maka sudah
pasti yang akan menjadi juaranya adalah diantara keduanya. Tentang siapa calon
terkuat juga sudah dapat dipastikan adalah tuan Jokowi dan tuan Prabowo. Oleh
karenanya dapat diprediksi bahwa PDI-P berkemungkinan kecil (potensi besar
kalah) menang dalam pemilu jikalau Jokowi akan digeser oleh Nyonya Mega, sebab
dari persentase hasil survei yang dilakukan Kompas pada bulan September 2013,
rating dukungan yang Jokowi peroleh adalah 32,5% lebih tinggi daripada Mega
yang hanya peroleh sebanyak 8,0%. Apa yang dapat di ambil dari situasi
tersebut,? adalah soal persentase rating dukungan terhadap Jokowi yang tinggi
bukan karena PDI-Pnya ataukah citra Mega, tetapi politik budi (pribadi) Jokowi
itu sendiri.
Apakah persentase tinggi (rating dukungan) milik Joko akan saling gotong melarikan diri ke Mega,? jawabannya bisa saja persentase Jokowi akan melarikan diri dari semua calon presiden yang ada dan kemungkinan meninggikan persentase golput dengan kata lain tidak memilih sebab sekali lagi tidak ada lagi pilihan dalam kertas suara. Sementara persentase rating dukungan Prabowo yaitu sebanyak 15,1% lebih tinggi daripada Mega yang hanya sebanyak 8,0%. Dalam posisi yang tinggi di atas Mega tersebut, Prabowo tentu berpeluang besar akan memenangkan pertarungan dalam pemilu presiden di bulan April nanti.
Lalu apa yang harus kita lakukan agar benar-benar
massanya dapat melarikan diri dari pemilu dan terorganisasikan dengan baik?
Yaitu dengan berpropaganda menggunakan media massa yang ada (yang paling
bisa Facebook, propaganda poster, gerakan grafiti, dan tulisan) ke massa yang
telah kita konkritkan di wilayah domisili dan basis masing-masing. Massa
tergetan propaganda adalah massa yang diketahui oleh kita dimana mereka
berdomisili dan bukan massa pengunjung semacam pengunjung di Jalan Malioboro
Yogya, Pantai Losari Makasar atau Swering Pantai Ternate. Agar dapat
membangkitkan semangat massa yang ada dan mau mengorganisir diri terlibat dalam
perjuangan jangka panjang dalam pembentukan partai untuk massa golput maka
dalam momentum yang sangat dekat dengan pemilu presiden di bulan April nanti
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kita. Massa basis dan massa golput harus
di satukan dalam "Front" yang telah diisi oleh organisai-organisasi
mahasiswa yang maju, oleh karenanya front persatuan menjadi suatu kebutuhan
mendesak untuk dibentuk sekarang juga (dahulu) oleh organisasi-organisasi
mahasiswa.
Untuk menyatukan massa basis dan massa golput ke dalam
front maka tugas kita adalah menjadikan front sebagai wadah menkonkritkan
seluruh problem massa basis dan massa golput untuk menemukan dan menyimpulkan
akar utama dari masalah massa tersebut. Karena perspektif perjuangan front yang
akan kita bangun nanti adalah front untuk perjuangan respon pemilu di jangka
panjang mendatang, maka kita dapat mengembangkan dan merawat front tersebut
sekalipun pemilu telah lewat. Tugas kita di masa-masa non pemilu adalah menjadikan front
sebagai tameng di barisan terdepan membela dan berusaha sekuat tenaga
memenangkan masalah-masalah massa di atas, dan yang lebih penting lagi adalah
mengarahkan secara slow (pelan-pelan) sebanyak mungkin penyadaran ke massa untuk membangun suatu
alat juang semacam "Partai Alternatif" untuk massa tersebut.
Untuk membangun suatu gerakan yang masif dan solid tentunya butuh kerja
sama diantara organ-organ mahasiswa dalam front. PEMBEBASAN harus melakoni
peran tersebut sebagai juru rawat solidaritas gerakan "Tolak Pemilu
Borjuis" (bisa saja dalam bentuk boikot). Oleh karenanya butuh pembangunan
serius suatu front bersama. Tugas PEMBEBASAN adalah mendorong front agar segera
mengonkritkan massa yang dapat di jangkau (bukan massa yang telah diorganisir dari
hasil advokasi kasus, semacam rakyat Parangkusumo atau Bontokatute,) yaitu
massa di mana setiap sektor
ada kawan-kawan (unsur maju) berdomisili di sana, yaitu di tingkat-tingkat RT
tentunya.
Unsur-unsur maju harus terus melakukan pendidikan politik dan regenerasi
kawan sebab jikalau unsur majunya adalah mahasiswa maka waktunya terbatas hanya
4 tahun di kampus (dasar borjuis imut). Karena perspektif front adalah
pembangunan partai alternative yang anti partai borjuis maka dalam setiap
pendidikan politik di level basis haruslah menyediakan kurikulum dan menyajikan
kurikulum tersebut kepada basis di atas tentang “kebusukan-kebusukan partai
borjuis.” Koordinasi harus terus dijaga dalam front dan sekali lagi
suplai alat counter ideologi (koran) harus secara reguler (2 bulan sekali lah)
agar dapat melawan hegemoni dari media-media mainstream yang menganggu
kesadaran rakyat.
Butuh kerja yang sabar dan kolektive. Karena dalam beberapa tahun ini
tingkat persentase golput semakin meninggi maka perlu adanya unsur-unsur maju
dalam organisasi mahasiswa atau front yang telah terbentuk membentuk semacam
wadah skala Nasional agar semakin memperbanyak dan memperluas massa golput dan
mempersolid massa basis di atas.
Apa yang harus dilakukan jika persentase kedua massa (golput dan basis)
tersebut semakin tinggi di lima tahun kedepan,? Jawabannya adalah kita harus
sudah siap menggugat Negara, mendesaknya agar memberikan ruang kepada massa
dalam front luas On golput untuk membangun partai alternative menurut
perspektif politik mereka sendiri (butuh sarjana hukum yang cerdas dan
konsisten memperjuangkan program ini). Sebab persentase golput (sekarang 40 %)
kemungkinan akan meningkat mencapai lebih 50% kedepan, sehingga menurut aku
akan memberikan energi politik legitimasi terhadap massa kita di atas untuk
mudah menuntut Negara dan membentuk partai alternatifnya. Sekali lagi targetnya
adalah bangun partai sendiri untuk massa golput riil (juga yang belum di
jangkau).
Kenapa Harus Prabowo,? jawabannya bukan Prabowo
saja sebab ada Wiranto dan yang lain-lain. Sebab Prabowo adalah setan besar
diantara setan-setan nasional lainnya yang calon Presiden, sebab Prabowo adalah
pelaku utama kejahatan pembunuhan rakyat Indonesia (di Aceh dan penculikan
aktivis 98 dll), sebab Prabowo adalah "elit Militer(isme)," dan yang
paling penting juga karena Prabowo adalah "pemilik modal besar" di
Indonesia (pemilik perusahan ikan, pabrik kertas, perkebunan, dan tambang batu
bara). Karena itu sangat memungkinkan demokrasi (masih liberal sekalipun) ini
akan menjadi sempit dan tertutup layaknya demokrasi dibawah Harto pada jaman
Orde Baru jikalau sampai Prabowo menang dalam pemilu borjuis bulan April nanti.
Demokrasi dibawah kekuasaan Prabowo sudah tentu bernasib sama seperti demokrasi
dibawah Orde Baru yaitu demokrasi yang dikawal dengan senjata. Aku sebut
demokrasi semacam itu sebagai "Demokrasi Baret" yang segala
kepentingan negara akan dikerjakan di bawah kontrol ujung bayonet prajurit yang
bertujuan untuk melancarkan usaha akumulasi modal Asing, terutama
perusahaan-perusahaan Prabowo. Jika nasib demokrasi di ujung bayonet maka akan
semakin menyulitkan perjuangan kita dalam memenangkan program Pembebasan
Nasional terutama perjuangan nasionalisasi aset Asing dan borjuis Nasional
(Prabowo) di bawah kontrol rakyat.
KARENA ITULAH AKU MEMILIH MELAWAN PRABOWO JUGA ELIT PARTAI LAINNYA.!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar